Jumat, 11 November 2016




PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH




Oleh :

IIN EKA CAHYANI
15033110
PENDIDIKAN FISIKA




MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016


1.      Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh dari Luar Negeri
·         Johan Heinrich Pestalozzi
Johan Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Swiss pada tanggal 12 Januari 1746, dan meninggal di Brugg pada tanggal 17 Februari 1827. Ayahnya seorang dokter ahli bedah terkemuka berbangsa Italia yang beragama Protestan , namun beliau meninggal ketika Johan berusia lima tahun. Dengan demikian Johan tumbuh dan besar di bawah asuhan ibunya. Pengajaran pertama dia dapat dari kakeknya yang seorang pendeta.
Pada masa kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi.
Program-program Pestalozzi bertujuan membantu meletakkan dasar pendidikan pra-sekolah kearah perkembangan sikap dan perilaku, pengetahuan, keterampilan ,kreativitas dan daya cipta tinggi yang diperlukan oleh anak usia dini  dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Program-program tsb mengantisipasi masa emas anak (1-6 tahun) yang memerlukan stimulasi dan rangsangan yang disesuaikan dengan kelompok usia dan temanya dibuat menurut tuntutan jaman.
Berdasarkan tujuan di atas dan mengingat pentingnya pendidikan anak sedini mungkin maka program Pestalozzi berfungsi untuk :
-        Memperkenalkan anak dengan dunia dan alam  sekitarnya;
-        Memperkenalkan peraturan dan menanamkan disiplin diri pada anak;
-        Menanamkan rasa percaya diri dan fleksibilitas anak (pembentukan karakter);
-       Mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak sesuai dengan tahap    perkembangannya.;
-        Mengembangkan kemampuan anak bersosialisasi /bermasyarakat;.
-      Memperkenalkan anak kepada 9 jenis intelegensia menurut Gardner (Multiple Intelligences)yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematika,kinestetik, visual-spasial (ruangan), bermusik, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan kecerdasan moral;
-        Memberi anak kesempatan yang luas untuk tetap menikmati masa bermainnya.

Dalam pandangan teologisnya, Pestalozzi memberikan penjelasan bahwa untuk menentukan sebuah metode pendidikan yang baik, perlu didasarkan kepada beberapa point, antara lain:
·         Kepercayaan kepada Allah (dalam memahami ini, Pestalozzi memberikan penggambaran bahwa manusia perlu bersandar kepada Allah sebagai pencipta dan awal dari segala pengetahuan).
·         Alam sebagai pedoman (pemaparan tentang point ini lebih kepada penalaran kita dalam menyesuaikan proses belajar kita kepada irama alami).
·         Yesus dalam pelayanan kepada sesama dilihat sebagai contoh ideal.
·         Manusia memiliki jati diri dan tugas selama hidup di dunia, yang dibagi kedalam lima point:
-        Sebagai makhluk yang memiliki kepercayaan di mana di dalamnya memilikipengalaman beriman secara pribadi
-        Yang memiliki sifat-sifat alamiah
-        Merupakan makhluk sosial
-        Bermoral
-        Memiliki sifat ilahi.

Pestalozzi memberikan beberapa point yang dianggap penting dari hasil pengamatannya tentang tugas dari seorang pengajar, antara lain:
-        Pengajar bertugas memberikan pengetahuan baru jika naradidik sudah memahami pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya
-        Pengajar bertugas memberikan tugas belajar dalam ruang lingkup yang terbatas dan terarah agar naradidik dapat focus
-        Memanfaatkan pancaindera yang dimiliki naradidik dalam proses belajar-mengejar
-        Mengelompokkan dan menggunakan tiga point penting dalam mengajar, yaitu: jumlah, bentuk, dan bahasa
Pestalozzi juga menekankan satu point yang penting dalam pendidikan, yaitu peran orangtua sebagai pengajar pertama yang didapatkan naradidik. Bagi Pestalozzi, orangtua haruslah berperan dalam menanamkan iman dalam diri naradidik melalui kasih sayang yang diberikan dirumah. Melalui pengalaman ini, orangtua dapat memberikan sebuah contoh yang nyata dalam perlakuan mereka kepada naradidik yang dapat memberikan gambaran bahwa beginilah kasih Allah kepada manusia. Sehingga harapan dari Pestalozzi bahwa naradidik juga dapat membawa pengalaman imannya kedalam ruang pembelajaran dikelas. Di mana proses pembelajaran yang ditawarkan oleh Pestalozzi bukanlah proses pembelajaran yang sudah ada dan telah baku, akan tetapi Pestalozzi memulainya dengan pengalaman-pengalaman dan kemudian berefleksi atas semua pengalaman-pengalaman itu.
Dengan memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam merumuskan dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang penting dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Pestalozzi dengan memanfaatkan pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah, Pestalozzi berharap agar pendidikan ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status sosialnya. Kesetaraan dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi point penting yang diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak, karena semua ini merupakan sebuah dobrakan yang diberikan agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat.
Dasar metodenya adalah:
-        Impression atau pengamatan
-        Ekspresi dalam bentuk bahasa, benda-benda, bilangan atau hitungan dan moral
Asas didaktik yang pokok adalah asas keberupaan. Yang mana apaa-apa yang akan diajarkan kepada anak harus terlebih dahulu diperagakan atau diperlihatkan kepada anak. Jadi sifat dari pendidikan Pestalozzi adalah pengajaran klasikal dan peragaan
Ide Pestalozzi lainnya yang juga penting adalah Learning by Doing, belajar sambil melakukan. Untuk ini guru harus dipersiapkan untuk tidak selalu “menyuapi” anak didik terus menerus. Sedangkan belajar aktif menurut Pestalozzi mengharuskan anak mencoba, mengeksplorasi, mengobservasi, melakukan sendiri kegiatan sehari-hari. Dengan melalui learning by doing barulah anak belajar yang sebenarnya.
Dalam pendidikan terdapat beberapa beberapa hal diantaranya:
1. Dasar Pendidikan                : Dasar sosial, dasar psikologis.
2. Tujuan Pendidikan              : Mempertinggi derajat rakyat dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.
3. Isi Pendidikan                     : Anasir-anasir dalam pengajaran berupa: bunyi, bentuk dan bilangan.
4. Lembaga Pendidikan          : Rumah kerja, rumah yatim piatu, lembaga pendidikan.
5. Metode Pendidikan                        : Azas peragaan dan azas perkembangan.


2.      Montesorri
Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memiliki pandangan konservatif tentang peran wanita di masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan wanita harus maju dan mencapai cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai dalam hidup.
Teori Perkembangan Montessori
Anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods. Sensitive periods adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Menurut montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:

·         Sensitive periods for order (0 – 3 tahun)
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.

·         Sensitive periods for details (1 – 2 tahun)
            Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.
·         Sensitive periods for using hands (18 bulan – 3 tahun)
Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.

·         Sensitive periods for movements
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.

·Sensitive periods for learning language
a.       Secara tidak sadar (3 bln - 3 thn)
Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.
b. Secara sadar (3 - 6 tahun)
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.

·         Pendidikan Dengan Metode Montessori
Pendidikan di Rumah
Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.

·                     Pendidikan di Sekolah (yang Menganut Pola Pendidikan Montessori).
Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori
Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:
1. Kemandirian dan Konsentrasi
2. Pilihan Bebas
3. Hukuman dan Penghargaan
4. Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan
5.Membaca dan Menulis
6. Menekan prilaku yang tidak diharapkan
Beberapa prinsip yang mendasari metode Montessori adalah seabagiberikut :
ü  Prinsip Kemerdekaan Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya. Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yangmenguntungkan.
ü  Prinsip Disiplin Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang laindan memakai permainan tersebut haruslah benar.
ü  Prinsip Ketidakbergantungan Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya sebisabisanya dengan bantuan yang minimal dari pihak guru.
ü  Prinsip penghargaan kepada penguasa dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
ü  Prinsip tentang sedikit pujian dan hukuman Karena segala sesuatu berjalan secara wajar dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan hukuman.
ü  Prinsip Montessori menekankan pada pengalaman kerja.
ü  Prinsip perkembangan secara alamiah adalah mendidik anak menurut perkembangannya secara alamiah.
Di sini metode Montessori juga mempunyai strategi tersendiri bagi anak seperti:
ü  Memberikan kebebasan dan menumbuhkan tanggung jawab.
ü  Memupuk perilaku positif.
ü  Menumbuhkan sikap mandiri.
ü  Memupuk disiplin diri.
ü  Mempersiapkan lingkungan mengacu pada realita.
Dr. Montessori, berpendapat fantasi anak dalam perkembangannya harus dibatasi tidak boleh dibebaskan seleluasa mungkin. Sebab jika fantasi tidak dibatasi, dapat menghambat kemadirian anak-anak, jadi tidak realistis, karena fantasinya seseorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya. Maksudnya bisa dijelaskan dengan contoh, pada masakini anak-anak senang terhadap cerita-cerita anak nakal, sinenek sihir, kuku panjang atau cerita-cerita yang menakutiseorang anak, pada saat kita menceritakan cerita yang seperti itu kepada anak maka ada 2 yang harus dipikirkan apakahanak akan takut terhadap tokoh cerita tersebut, dan apakahanak akan menirukan gaya-gaya yang ada dalam tokoh ceritaitu. Masa-masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisilingkungan, ia senang mementingkan dirinya sendiri.
·      Masa-masa sensitif yang diungkapkan Montessori yaitu :
Lahir - 3 tahun                        :Pikiran dapat menyerap pengalaman - pengalaman sensoris
1,5 – 3 tahun               :Perkembangan bahasa
1,5 – 4 tahun               : Koordinasi dan perkembangan otot, minat pada benda-benda kecil
2 – 4 tahun                  :Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan realitas menyadari  urutan dalam waktu dan ruang
2,5 – 6 tahun               : Peneguhan sensoris
3 – 6 tahun                  :Rawan pengaruh orang dewasa
3,5 – 4,5 tahun                        :Menulis
 4 – 4,5 tahun              :Kepekaan indera
4,5 – 5,5 tahun                        :Membaca

2.      Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia.
a.                       Ki Hajar Dewantra
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.
Upaya kebudayaan (pendidikan) dapat ditempuh dengan sikap (laku) yang dikenal denganTeoriTrikon, yakni:
1.Kontinu
2.Konsentris
3.Konvergen

Pelaksanaan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dapat berlangsung dalam berbagai tempat yang oleh beliau diberi nama Tri Sentra Pendidikan,yaitu:
1.Alamkeluarga
2.Alamperguruan
3.Alampergerakanpemuda

2.BidangPengajaran
Pengajaran merupakan salah satu jalan pendidikan yaitu suatu usaha memberi ilmu pengetahuan serta kepandaian dengan latihan-latihannya yang perlu dengan maksud memajukan kecerdasan fikiran (intelek) serta berkembangnya budi pekerti.
Ki Hajar Dewantara di bidang pengajaran meletakkan konsep-konsep dasar pengajaran meliputi
1.Teoridasar-ajar
2.Trisaktijiwa
3. Sistem among

Pendidikan Zaman Sekarang
Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia dipengaruhi perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi (teknologi informasi). Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripadaapayangberhasildibuatnya,danlain-lain. 
Seringkali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak lagi dikuasai oleh manusia tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh kemajuan teknologi. Manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari “to have” (apa saja materi yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya.

Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand”
Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis.

Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan terpesona dengan penemuan-penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.

Dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.

 Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Tujuan akhir dari pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.

b.                  Mohammad Syafei
Pada tahun 1922 beliau menjadi guru pada Sekolah Katini di Jakarta, dan sejak itu aktifitasnya di bidang pendiikan terus bertambah. Sebagai seorang tokoh pendidikan, Mohammad Syafei berjasa besar dalam mendirikan sekolah yang diberinama “Indonesische Nederlanshe Shool” atau yang lebih dikenal dengan sebutan INS, di Kayuttanam Sumatera Barat. (Hasbullah, 2001: 266).
Sementara itu INS yang kemudian merupakan singkatan dari “Indonesian National Scholl”, menitikberatkan pendidikanya kepada dunia kerja. INS menyelenggarakan pendidikan dalam jenjang:
1.      Ruang Bawah, yakni setara dengan sekolah Rendah atau Sekolah Dasar. Lama pendidikanya 7 tahun.
2.      Ruang Atas, yakni setara dengan sekolah menengah, lama pendidikanya 6 tahun.
Adapun tujuan sekolah yang diselengagarakan oleh Mohammad Syafei adalah:
1.      Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional.
2.      Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh.
3.      Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik.
4.      Menanamkan rasa persatuan. (Hasbullah, 2001: 267).

Pada zaman kemerdekaan yaitu tahun 1952, sebagai penghargaan pemerintah terhadap usaha-usaha Mohamm, meninggal dunia pada tanggal 5 Maret 1969. Meskipun beliau sudah tiada tapi jasa-jasanya dibidang pendidikan tidak akan terlupakan, apabila para lulusan INS tersebar ke berbagai pelosok tanah air, yang tentu saja kiprahnya sangat besar bagi pembangunan bangsa dan negara.
Filsafat pendidikan Moh.Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktik penyelenggara pendidikan INS Kayu Tanam didasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya denan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk pmenguasai alam.

Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak dapat mengikuti perkemangan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. Kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum pendidikan dasar dan beberapa mata pelajran yang khusus. Sedangkan metode pendidikannya adalah sekolah kerja, pekerjaan tangan dan produksi kreasi. Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan serta berpikir logis dan rasional.


c.                   Kiyai H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
·         KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
·          Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
·         Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan
·         Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial,

Tujuan akhir pendidikan yang dikemukakan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai ulama- intelek atau intelek-ulama yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas kuat jasmani dan rohani.

d.                  Rahamah El Yunusiah
Negeri Minangkabau terkenal telah melahirkan begitu banyak  tokoh utama di negeri ini, baik alim ulama maupun para cendekia. Tidak hanya hanya kaum pria yang menonjol, tapi juga kaum wanitanya. Salah satu tokoh perempuan hebat dari negeri ini adalah Rahmah El-Yunusiyah. Tidak diragukan lagi Rahmah el-Yunusiyah adalah salah satu tokoh wanita hebat yang dimiliki negeri ini. Meskipun tidak diangkat sebagai salah satu pahlawan nasional, tetapi beliau menorehkan sejarah hidupnya denga tinta emas. Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang yang tetap eksis hingga hari ini merupakan  salah satu bukti perjuangannya. Bahkan beliau adalah perempuan pertama yang mendapat gelar Syaikhah dari Universitas Al-Azhar Mesir. Penganugerahan gelar syaikhah yang diberikan pada tahun 1957 ini dimaksudkan untuk menghormati jasa-jasa beliau dalam bidang pendidikan kaum perempuan.
Rahmah El-Yunusiyah dilahirkan pada hari Jumat 20 Desember 1900 di Bukit Surungan, Padang Panjang, Sumatera Barat. Anak bungsu dari lima bersaudara ini merupakan  putri dari pasangan Muhammad Yunus dan Rafiah. Rahmah berasal dari keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah seorang ulama besar yang menjabat  sebagai kadi di negeri Pandai Sikat, Padang Panjang. Dia juga seorang haji yang pernah mengenyam pendidikan agama selama empat tahun di Mekkah. Kakak sulungnya, Zainuddin Labay  merupakan  seorang  tokoh pembaharu sistem pendidikan Islam  Diniyah School yang didirikan tahun 1915. Zainudin Labay mengusai beberapa bahasa asing yaitu Inggris, Arab, Belanda. Dengan kemahirannya berbahasa asing menyebabkan wawasan Zainuddin sangat luas. Dialah yang menjadi guru, pemberi inspirasi, dan pendorong cita-cita Rahmah el-Yunusiyah.
Rahmah dikenal sebagai sosok yang cerdas,  lincah, menyukai  hal-hal baru, dan memiliki tekad baja. Jika sudah menginginkan sesuatu, maka tiada seorang pun yang mampu menghalanginya. Karena kecerdasannya, setelah lulus sekolah dia diminta menjadi guru bagi almamaternya. Disela-sela kesibukannya mengajar, dia mengikuti kursus  kebidanan di RSU Kayu Taman (1931-1935). Ia juga belajar ilmu kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Pada saat itu masih sangat sedikit perempuan yang bersekolah. Paradigma masyarakat Melayu memandang perempuan hanyalah makhluk kelas dua yang tidak perlu bersekolah tingi. Percuma bersekolah jika akhirnya hanya masuk ke dapur. Perempuan masa itu sangat pasif dan belum mampu memberikan kontribusi riil bagi kemajuan agama dan bangsanya. Rahmah sangat prihatin dengan kondisi ini. Ia berpendapat pendidikan sangat penting bagi kaum perempuan. Dengan pendidikan maka kaum perempuan mampu mengangkat harkat dan martabatnya, mampu melahirkan generasi penerus yang berkualitas.
Berangkat dari keprihatinan inilah Rahmah El-Yunusiyah bertekad untuk mendirikan sekolah khusus bagi kaum perempuan. Dibantu oleh kakak sulungnya  Zainuddin Labay, akhirnya Rahmah El-Yunisiyah berhasil mewujudkan mimpinya. Pada tanggal 1 November 1923 berdirilah Madrasah Diniyah Li al-Banat.
Bahu membahu dengan Zainuddin Labay, Rahmah mengelola sekolah ini.  Awalnya  murid sekolah ini hanya 71 orang yang terdiri dari kaum  ibu-ibu muda. Bertempat di serambi  masjid Pasar Usang, mereka belajar ilmu-ilmu agama  dan Bahasa Arab.  Seiring berjalannya waktu, murid Rahmah pun bertambah. Akan tetapi baru sepuluh bulan sekolah ini berjalan, Zainuddin Labay dipanggil oleh Alloh SWT, meninggal dalam usia muda. Rahmah sangat terpukul dengan musibah ini. Dia kehilangan seseorang yang selalu membimbing, mengarahkan dan memberi semangat untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Tapi Rahmah pun segera bangkit, tidak larut dalam kedukaan. Dia tetap melanjutkan keberadaan Madrasah Diniyah Li al-Banat  bahkan membuat keputusan untuk memberikan pengajaran klasikal lengkap dengan sarananya seperti gedung, meja, bangku, papan tulis, kapur dan sebagainya.
Rahmah berjuang keras untuk mendirikan gedung bagi sekolahnya. Berkat kegigihannya, gedung sekolah itu pun dapat berdiri diatas tanah wakaf dari ibundanya sendiri, Ummu Rafiah. Diatas bangunan sederhana dari bambu berukuran 12 X 7 m inilah kegiatan belajar-mengajar berlangsung setiap hari.
Rahmah El-Yunusiyah selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi lembaga pendidikannya. Dia ingin mendirikan gedung yang layak bagi para muridnya, bukan dari bambu. Akhirnya Rahmah memutuskan untuk mengadakan tour penggalangan dana .
Berkat kegigihannya, lembaga pendidikannya mengalami perkembangan yang sangat pesat.  Di tahun 1926 ia membuka kelas Menjesal School. Kelas ini ditujukan bagi para wanita yang belum bisa baca tulis. Kemudian tahun 1934 Rahmah berhasil mendirikan sekolah Taman Kanak Kanak (Freubel School) dan Junior School (setingkat HIS). Ia juga mendirikan Diniyah School Putri tujuh  tahun yang terdiri dari tingkat Ibditaiyah selama empat  tahun dan tingkat Tsanawiyah selama tiga tahun.
Dalam kenyataannya, Rahmah el Yunusiyyah menghadapi problem tenaga pendidik untuk lembaga pendidikan yang dibukanya. Guna memenuhi tuntutan tersebut, ia membuka Kulliyat al Mu’alimat al Islamiyah pada tahun 1937. Kulliyatul Mu’alimat al Islamiyyah ini bertujuan untuk mencetak tenaga guru muslimah profesional. Jangka waktu pendidikannya ditempuh selama tiga tahun. Setahun sebelumnya, yaitu tahun 1936 Rahmah berhasil mendirikan sekolah tenun.
Diniyah School Putri Padang Panjang mendapat tempat di hati masyarakat. Lulusannya sangat diminati. Tidak hanya di Sumatra dan Jawa bahkan hingga masyarakat Malaysia dan Singapura. Rahmah kemudian membuka cabang Diniyah School di beberapa tempat. Ketika ia mengikuti Kongres Perempuan Indonesia mewakili Sumatera Barat di tahun 1935, Rahmah sekaligus membuka cabang di Kwitang dan Tanah Abang. Kemudian di tahun 1950, ia membuka cabang di Jatinegara dan Rawasari.
Rahmah juga berusaha menyempurnakan institusinya dengan cara memiliki lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi. Cita-cita ini terlaksana pada tahun 1967 dengan berdirinya Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah. Pada tahun 1969. Kedua fakultas ini berubah namanya menjadi Fakultas Dirasah Islamiyyah. Ijazah Sarjananya diakui setara dengan Ijazah Fakultas Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
Dalam mengelola lembaga pendidikannya, Rahmah memilih sikap independen tidak berafiliasi kepada pihak manapun, baik pemerintah maupun partai.Sikap ini terlihat jelas ketika Rahmah menolak subsidi dana pendidikan dari pemerintah kolonial Belanda. Rahmah juga menolak penggabungan sekolah-sekolah Islam di Minangkabau. Dia berpendapat, independensi menyebabkan sekolah bebas untuk berjalan sesuai dengan visi dan misi sendiri, sehingga mampu menghasilkan para pelajar yang cerdas, shalihah dan militan.
Disamping berjuang di bidang pendidikan, Rahmah juga turut berperan aktif dalam organisasi kemasyarakatan. Dia pernah aktif di beberapa organisasi, diantaranya yaitu Serikat Kaum Ibu Sumatera (SKIS), Taman Bacaan, Anggota Daerah Ibu.
Pada masa pendudukan Jepang Rahmah aktif di organisasi Gyu Gun Ko En Kai, Haha no Kai. Sewaktu pecah perang pasifik, Rahmah menjadikan Diniyah School sebagai Rumah Sakit darurat.  Kemudian ketika berita proklamasi kemerdekaan belum sampai kepada khalayak ramai, Rahmah adalah orang yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih di Sumatera Barat. Sungguh luar biasa keberaniannya. Di era kemerdekaan, Rahmah mengayomi Laskar Sabilillah dan Laskar Hizbulwatan. Ia juga turut mempelopori terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat.
Keberhasilannya dalam mengelola Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang  mendapat apresiasi tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri. Rektor Universitas Al Azhar Mesir, Dr.Syaikh  Abdurrahman Taj mengadakan kunjungan ke Perguruan pada tahun 1955. Kemudian beliau mengadopsi sistem pendidikan Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang tersebut ke Universitas Al Azhar yang pada waktu itu belum memiliki pendidikan khusus bagi perempuan.
Rahmah El-Yunusiyyah berhasil mewarnai kurikulum Al-Azhar. Atas jasanya tersebut, Rahmah mendapat gelar Syaikhah dari Universitas Al Azhar pada tahun 1957. Beliaulah wanita pertama yang mendapat gelar syaikhah. Prestasi yang sangat membanggakan bagi Rahmah khususnya dan bagi bangsa Indonesia umumnya.
Rahmah El-Yunusiyyah telah berhasil membuktikan kepada dunia bahwa muslimah Indonesia bukanlah perempuan yang terbelakang.  Bahwa muslimah taat bisa berkontribusi bagi agama dan bangsanya. Beliau berhasil mewujudkan cita-citanya karena keyakinannya yang teguh kepada Alloh serta tekadnya yang membaja. Rahmah tutup usia pada tanggal 26 Februari 1969. Meskipun beliau telah tiada tapi semangatnya tetap mengalir hingga hari ini. Kisah hidupnya tetap memberi inspirasi bagi seluruh muslimah Indonesia.