PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH
Oleh :
IIN
EKA CAHYANI
15033110
PENDIDIKAN
FISIKA
MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2016
1.
Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh dari Luar Negeri
·
Johan Heinrich Pestalozzi
Johan Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Swiss pada
tanggal 12 Januari 1746, dan meninggal di Brugg pada tanggal 17 Februari 1827. Ayahnya seorang dokter ahli bedah terkemuka berbangsa
Italia yang beragama Protestan , namun beliau meninggal ketika Johan berusia
lima tahun. Dengan demikian Johan tumbuh dan besar di bawah asuhan ibunya.
Pengajaran pertama dia dapat dari kakeknya yang seorang pendeta.
Pada masa kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak
begitu tertarik dengan tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di
sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang menggunakan daya
imajinasi.
Program-program Pestalozzi bertujuan membantu meletakkan dasar
pendidikan pra-sekolah kearah perkembangan sikap dan perilaku, pengetahuan,
keterampilan ,kreativitas dan daya cipta tinggi yang diperlukan oleh anak usia
dini dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan
serta perkembangan selanjutnya. Program-program tsb mengantisipasi masa emas
anak (1-6 tahun) yang memerlukan stimulasi dan rangsangan yang disesuaikan
dengan kelompok usia dan temanya dibuat menurut tuntutan jaman.
Berdasarkan tujuan di atas dan mengingat pentingnya
pendidikan anak sedini mungkin maka program Pestalozzi berfungsi untuk :
- Memperkenalkan anak dengan dunia dan
alam sekitarnya;
- Memperkenalkan peraturan dan
menanamkan disiplin diri pada anak;
- Menanamkan rasa percaya diri dan
fleksibilitas anak (pembentukan karakter);
- Mengembangkan kemampuan yang
dimiliki oleh anak sesuai dengan tahap perkembangannya.;
- Mengembangkan kemampuan anak
bersosialisasi /bermasyarakat;.
- Memperkenalkan anak kepada 9 jenis
intelegensia menurut Gardner (Multiple Intelligences)yaitu kecerdasan
linguistik, logis-matematika,kinestetik, visual-spasial (ruangan), bermusik,
interpersonal, intrapersonal, naturalis dan kecerdasan moral;
- Memberi anak kesempatan yang luas
untuk tetap menikmati masa bermainnya.
Dalam pandangan teologisnya, Pestalozzi memberikan penjelasan
bahwa untuk menentukan sebuah metode pendidikan yang baik, perlu didasarkan
kepada beberapa point, antara lain:
·
Kepercayaan kepada Allah (dalam
memahami ini, Pestalozzi memberikan penggambaran bahwa manusia perlu bersandar
kepada Allah sebagai pencipta dan awal dari segala pengetahuan).
·
Alam sebagai pedoman (pemaparan
tentang point ini lebih kepada penalaran kita dalam menyesuaikan proses belajar
kita kepada irama alami).
·
Yesus dalam pelayanan kepada sesama
dilihat sebagai contoh ideal.
·
Manusia memiliki jati diri dan tugas
selama hidup di dunia, yang dibagi kedalam lima point:
- Sebagai makhluk yang memiliki
kepercayaan di mana di dalamnya memilikipengalaman beriman secara pribadi
- Yang memiliki sifat-sifat alamiah
- Merupakan makhluk sosial
- Bermoral
- Memiliki sifat ilahi.
Pestalozzi memberikan beberapa point yang dianggap penting
dari hasil pengamatannya tentang tugas dari seorang pengajar, antara lain:
- Pengajar bertugas memberikan
pengetahuan baru jika naradidik sudah memahami pengetahuan yang telah diberikan
sebelumnya
- Pengajar bertugas memberikan tugas
belajar dalam ruang lingkup yang terbatas dan terarah agar naradidik dapat
focus
- Memanfaatkan pancaindera yang
dimiliki naradidik dalam proses belajar-mengejar
- Mengelompokkan dan menggunakan tiga
point penting dalam mengajar, yaitu: jumlah, bentuk, dan bahasa
Pestalozzi juga menekankan satu point yang penting dalam
pendidikan, yaitu peran orangtua sebagai pengajar pertama yang didapatkan naradidik.
Bagi Pestalozzi, orangtua haruslah berperan dalam menanamkan iman dalam diri
naradidik melalui kasih sayang yang diberikan dirumah. Melalui pengalaman ini,
orangtua dapat memberikan sebuah contoh yang nyata dalam perlakuan mereka
kepada naradidik yang dapat memberikan gambaran bahwa beginilah kasih Allah
kepada manusia. Sehingga harapan dari Pestalozzi bahwa naradidik juga dapat
membawa pengalaman imannya kedalam ruang pembelajaran dikelas. Di mana proses
pembelajaran yang ditawarkan oleh Pestalozzi bukanlah proses pembelajaran yang
sudah ada dan telah baku, akan tetapi Pestalozzi memulainya dengan
pengalaman-pengalaman dan kemudian berefleksi atas semua pengalaman-pengalaman
itu.
Dengan memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam
merumuskan dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai
tiga point yang penting dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh
Pestalozzi dengan memanfaatkan pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah,
Pestalozzi berharap agar pendidikan ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa
memandang status sosialnya. Kesetaraan dalam menerima pendidikan itulah yang
sebenarnya menjadi point penting yang diinginkan oleh Pestalozzi bagi
anak-anak, karena semua ini merupakan sebuah dobrakan yang diberikan agar
pendidikan dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat.
Dasar metodenya adalah:
- Impression atau pengamatan
- Ekspresi dalam bentuk bahasa,
benda-benda, bilangan atau hitungan dan moral
Asas didaktik yang pokok adalah asas keberupaan. Yang mana
apaa-apa yang akan diajarkan kepada anak harus terlebih dahulu diperagakan atau
diperlihatkan kepada anak. Jadi sifat dari pendidikan Pestalozzi adalah
pengajaran klasikal dan peragaan
Ide Pestalozzi lainnya yang juga penting adalah Learning by
Doing, belajar sambil melakukan. Untuk ini guru harus dipersiapkan untuk tidak
selalu “menyuapi” anak didik terus menerus. Sedangkan belajar aktif menurut
Pestalozzi mengharuskan anak mencoba, mengeksplorasi, mengobservasi, melakukan
sendiri kegiatan sehari-hari. Dengan melalui learning by doing barulah anak
belajar yang sebenarnya.
Dalam
pendidikan terdapat beberapa beberapa hal diantaranya:
1.
Dasar Pendidikan : Dasar sosial, dasar psikologis.
2. Tujuan
Pendidikan : Mempertinggi
derajat rakyat dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.
3. Isi
Pendidikan :
Anasir-anasir dalam pengajaran berupa: bunyi, bentuk dan bilangan.
4.
Lembaga Pendidikan : Rumah
kerja, rumah yatim piatu, lembaga pendidikan.
5.
Metode Pendidikan : Azas peragaan dan azas perkembangan.
2. Montesorri
Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya
seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memiliki pandangan
konservatif tentang peran wanita di masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan
wanita harus maju dan mencapai cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai
dalam hidup.
Teori
Perkembangan Montessori
Anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai dengan
tingkat kematangannya dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang
dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat
tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods. Sensitive periods
adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas
tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang
dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada
masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan
anak selanjutnya. Menurut montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:
·
Sensitive
periods for order (0 – 3 tahun)
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama
kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak
dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan
tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak
akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum
memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang
tidak pada tempatnya.
·
Sensitive
periods for details (1 – 2 tahun)
Anak-anak akan memusatkan
perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi
adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila
mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan
akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama
gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan
psikis anak.
·
Sensitive
periods for using hands (18 bulan – 3 tahun)
Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang
disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda
(dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah,
menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak
tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan
dan indera sentuhan mereka.
·
Sensitive
periods for movements
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan.
Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang
tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang
tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan
dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.
·Sensitive periods for learning
language
a.
Secara
tidak sadar (3 bln - 3 thn)
Anak-anak menyerap bunyi-bunyi,
kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa
tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat
mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah
memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah
memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak
pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.
b. Secara sadar (3 - 6 tahun)
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan
3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3
sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan
masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh
kesadaran.
·
Pendidikan
Dengan Metode Montessori
Pendidikan di Rumah
Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam
dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas
orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi
menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu.
Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak
untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.
·
Pendidikan
di Sekolah (yang Menganut Pola Pendidikan Montessori).
Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di
Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama
“Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja,
tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori
Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional,
diantaranya:
1.
Kemandirian dan Konsentrasi
2.
Pilihan Bebas
3. Hukuman dan Penghargaan
4.
Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan
5.Membaca
dan Menulis
6.
Menekan prilaku yang tidak diharapkan
Beberapa prinsip yang mendasari metode Montessori adalah
seabagiberikut :
ü Prinsip
Kemerdekaan Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya.
Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yangmenguntungkan.
ü Prinsip
Disiplin Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang laindan
memakai permainan tersebut haruslah benar.
ü Prinsip
Ketidakbergantungan Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya
sebisabisanya dengan bantuan yang minimal dari pihak guru.
ü Prinsip
penghargaan kepada penguasa dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
ü Prinsip
tentang sedikit pujian dan hukuman Karena segala sesuatu berjalan secara wajar
dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan hukuman.
ü Prinsip
Montessori menekankan pada pengalaman kerja.
ü Prinsip
perkembangan secara alamiah adalah mendidik anak menurut perkembangannya secara
alamiah.
Di sini metode Montessori juga mempunyai strategi tersendiri
bagi anak seperti:
ü Memberikan
kebebasan dan menumbuhkan tanggung jawab.
ü Memupuk
perilaku positif.
ü Menumbuhkan
sikap mandiri.
ü Memupuk
disiplin diri.
ü Mempersiapkan
lingkungan mengacu pada realita.
Dr. Montessori, berpendapat fantasi anak dalam
perkembangannya harus dibatasi tidak boleh dibebaskan seleluasa mungkin. Sebab
jika fantasi tidak dibatasi, dapat menghambat kemadirian anak-anak, jadi tidak
realistis, karena fantasinya seseorang anak dapat terlena dengan dunia
khayalnya. Maksudnya bisa dijelaskan dengan contoh, pada masakini anak-anak
senang terhadap cerita-cerita anak nakal, sinenek sihir, kuku panjang atau
cerita-cerita yang menakutiseorang anak, pada saat kita menceritakan cerita
yang seperti itu kepada anak maka ada 2 yang harus dipikirkan apakahanak akan
takut terhadap tokoh cerita tersebut, dan apakahanak akan menirukan gaya-gaya
yang ada dalam tokoh ceritaitu. Masa-masa ini anak tidak menghiraukan tentang
kondisilingkungan, ia senang mementingkan dirinya sendiri.
· Masa-masa sensitif yang diungkapkan
Montessori yaitu :
Lahir
- 3 tahun :Pikiran dapat menyerap pengalaman -
pengalaman sensoris
1,5
– 3 tahun :Perkembangan bahasa
1,5
– 4 tahun : Koordinasi dan perkembangan otot, minat pada
benda-benda kecil
2 – 4
tahun :Peneguhan gerakan
minat pada kebenaran dan realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang
2,5
– 6 tahun : Peneguhan sensoris
3
– 6 tahun :Rawan pengaruh
orang dewasa
3,5
– 4,5 tahun :Menulis
4 – 4,5 tahun :Kepekaan indera
4,5
– 5,5 tahun :Membaca
2. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia.
a.
Ki
Hajar Dewantra
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses
pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru
dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan
maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran
hidup kemanusiaan.
Upaya kebudayaan
(pendidikan) dapat ditempuh dengan sikap (laku) yang dikenal denganTeoriTrikon, yakni:
1.Kontinu
2.Konsentris
3.Konvergen
Pelaksanaan
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dapat berlangsung dalam berbagai tempat
yang oleh beliau diberi nama Tri Sentra Pendidikan,yaitu:
1.Alamkeluarga
2.Alamperguruan
3.Alampergerakanpemuda
1.Alamkeluarga
2.Alamperguruan
3.Alampergerakanpemuda
2.BidangPengajaran
Pengajaran merupakan salah satu jalan pendidikan yaitu
suatu usaha memberi ilmu pengetahuan serta kepandaian dengan latihan-latihannya
yang perlu dengan maksud memajukan kecerdasan fikiran (intelek) serta
berkembangnya budi pekerti.
Ki Hajar Dewantara di bidang pengajaran meletakkan konsep-konsep dasar pengajaran meliputi
Ki Hajar Dewantara di bidang pengajaran meletakkan konsep-konsep dasar pengajaran meliputi
1.Teoridasar-ajar
2.Trisaktijiwa
3. Sistem among
2.Trisaktijiwa
3. Sistem among
Pendidikan Zaman Sekarang
Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia
dipengaruhi perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi
(teknologi informasi). Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih,
sehingga melupakan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti pentingnya
membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas sosial di
dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih
daripadaapayangberhasildibuatnya,danlain-lain.
Seringkali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak lagi
dikuasai oleh manusia tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh kemajuan
teknologi. Manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya dengan segala aspeknya. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali
diukur dari “to have” (apa saja materi yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang
telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang
bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak
dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak
persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya.
Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu
fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian
eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih
berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara
menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa
(konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand”
Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis.
Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis.
Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan terpesona
dengan penemuan-penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba
canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai
pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga
memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau
kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran
hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu
ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.
Dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam
melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu
dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa
ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan
negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang
bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk
menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela
nusa dan bangsa. Dengan kata
lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai
model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Oleh karena itu, nama Hajar
Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan,
keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki
kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial
kemasyarakatan. Modelnya
adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan
kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan
maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu
menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Tujuan akhir
dari pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya
menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di
masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang
berwatak luhur dan berkeahlian.
b.
Mohammad
Syafei
Pada tahun 1922 beliau
menjadi guru pada Sekolah Katini di Jakarta, dan sejak itu aktifitasnya di
bidang pendiikan terus bertambah. Sebagai seorang tokoh pendidikan, Mohammad
Syafei berjasa besar dalam mendirikan sekolah yang diberinama “Indonesische Nederlanshe Shool” atau yang lebih dikenal
dengan sebutan INS, di Kayuttanam Sumatera Barat. (Hasbullah, 2001: 266).
Sementara itu INS yang kemudian merupakan singkatan dari “Indonesian National Scholl”, menitikberatkan
pendidikanya kepada dunia kerja. INS menyelenggarakan pendidikan dalam jenjang:
1. Ruang Bawah, yakni setara dengan sekolah Rendah atau Sekolah Dasar. Lama
pendidikanya 7 tahun.
2. Ruang Atas, yakni setara dengan sekolah menengah, lama pendidikanya 6
tahun.
Adapun tujuan sekolah
yang diselengagarakan oleh Mohammad Syafei adalah:
1. Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional.
2. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan
bersungguh-sungguh.
3. Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik.
4. Menanamkan rasa persatuan. (Hasbullah, 2001: 267).
Pada zaman kemerdekaan yaitu tahun 1952, sebagai penghargaan pemerintah
terhadap usaha-usaha Mohamm, meninggal dunia pada tanggal 5 Maret 1969.
Meskipun beliau sudah tiada tapi jasa-jasanya dibidang pendidikan tidak akan
terlupakan, apabila para lulusan INS tersebar ke berbagai pelosok tanah air,
yang tentu saja kiprahnya sangat besar bagi pembangunan bangsa dan negara.
Filsafat pendidikan Moh.Syafei mendasarkan
konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktik
penyelenggara pendidikan INS Kayu Tanam didasarkan pada cita-cita menghidupkan
jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya denan alat daya upaya
yang dinamakan aktif kreatif untuk pmenguasai alam.
Manusia dan bangsa yang
dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat
atau zamannya. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus
menerus kesempurnaan lahir dan batin anak dapat mengikuti perkemangan
masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. Kurikulum yang
dikembangkan adalah kurikulum pendidikan dasar dan beberapa mata pelajran yang
khusus. Sedangkan metode pendidikannya adalah sekolah kerja, pekerjaan tangan
dan produksi kreasi. Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah
kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan serta berpikir logis dan rasional.
c.
Kiyai
H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia. Ia
adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH
Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid
Besar Kasultanan Yogyakarta
pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim
yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat
pada masa itu.
Atas
jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia
melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai
berikut:
·
KH.
Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya
sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
·
Dengan organisasi Muhammadiyah yang
didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya.
Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan
umat, dengan dasar iman dan Islam;
·
Dengan
organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan
yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran
Islam; dan
·
Dengan
organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk
mengecap pendidikan dan berfungsi sosial,
Tujuan akhir pendidikan yang
dikemukakan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru
yang mampu tampil sebagai ulama- intelek atau intelek-ulama yaitu seorang
muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas kuat jasmani dan rohani.
d.
Rahamah
El Yunusiah
Negeri Minangkabau terkenal telah melahirkan begitu
banyak tokoh utama di negeri ini, baik alim ulama maupun para cendekia.
Tidak hanya hanya kaum pria yang menonjol, tapi juga kaum wanitanya. Salah satu
tokoh perempuan hebat dari negeri ini adalah Rahmah El-Yunusiyah. Tidak
diragukan lagi Rahmah el-Yunusiyah adalah salah satu tokoh wanita hebat yang
dimiliki negeri ini. Meskipun tidak diangkat sebagai salah satu pahlawan
nasional, tetapi beliau menorehkan sejarah hidupnya denga tinta emas. Perguruan
Diniyah Putri Padang Panjang yang tetap eksis hingga hari ini merupakan
salah satu bukti perjuangannya. Bahkan beliau adalah perempuan pertama
yang mendapat gelar Syaikhah dari Universitas Al-Azhar Mesir. Penganugerahan
gelar syaikhah yang diberikan pada tahun 1957 ini dimaksudkan untuk menghormati
jasa-jasa beliau dalam bidang pendidikan kaum perempuan.
Rahmah
El-Yunusiyah dilahirkan pada hari Jumat 20 Desember 1900 di Bukit Surungan,
Padang Panjang, Sumatera Barat. Anak bungsu dari lima bersaudara ini
merupakan putri dari pasangan Muhammad Yunus dan Rafiah. Rahmah berasal
dari keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah seorang ulama besar yang
menjabat sebagai kadi di negeri Pandai Sikat, Padang Panjang. Dia juga
seorang haji yang pernah mengenyam pendidikan agama selama empat tahun di
Mekkah. Kakak sulungnya, Zainuddin Labay merupakan seorang
tokoh pembaharu sistem pendidikan Islam Diniyah School yang
didirikan tahun 1915. Zainudin Labay mengusai beberapa bahasa asing yaitu
Inggris, Arab, Belanda. Dengan kemahirannya berbahasa asing menyebabkan wawasan
Zainuddin sangat luas. Dialah yang menjadi guru, pemberi inspirasi, dan
pendorong cita-cita Rahmah el-Yunusiyah.
Rahmah
dikenal sebagai sosok yang cerdas, lincah, menyukai hal-hal baru,
dan memiliki tekad baja. Jika sudah menginginkan sesuatu, maka tiada seorang
pun yang mampu menghalanginya. Karena kecerdasannya, setelah lulus sekolah dia
diminta menjadi guru bagi almamaternya. Disela-sela kesibukannya mengajar, dia
mengikuti kursus kebidanan di RSU Kayu Taman (1931-1935). Ia juga belajar
ilmu kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Pada
saat itu masih sangat sedikit perempuan yang bersekolah. Paradigma masyarakat
Melayu memandang perempuan hanyalah makhluk kelas dua yang tidak perlu
bersekolah tingi. Percuma bersekolah jika akhirnya hanya masuk ke dapur.
Perempuan masa itu sangat pasif dan belum mampu memberikan kontribusi riil bagi
kemajuan agama dan bangsanya. Rahmah sangat prihatin dengan kondisi ini. Ia
berpendapat pendidikan sangat penting bagi kaum perempuan. Dengan pendidikan
maka kaum perempuan mampu mengangkat harkat dan martabatnya, mampu melahirkan
generasi penerus yang berkualitas.
Berangkat
dari keprihatinan inilah Rahmah El-Yunusiyah bertekad untuk mendirikan sekolah
khusus bagi kaum perempuan. Dibantu oleh kakak sulungnya Zainuddin Labay,
akhirnya Rahmah El-Yunisiyah berhasil mewujudkan mimpinya. Pada tanggal 1
November 1923 berdirilah Madrasah Diniyah Li al-Banat.
Bahu
membahu dengan Zainuddin Labay, Rahmah mengelola sekolah ini.
Awalnya murid sekolah ini hanya 71 orang yang terdiri dari
kaum ibu-ibu muda. Bertempat di serambi masjid Pasar Usang, mereka
belajar ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab. Seiring berjalannya waktu,
murid Rahmah pun bertambah. Akan tetapi baru sepuluh bulan sekolah ini
berjalan, Zainuddin Labay dipanggil oleh Alloh SWT, meninggal dalam usia muda.
Rahmah sangat terpukul dengan musibah ini. Dia kehilangan seseorang yang selalu
membimbing, mengarahkan dan memberi semangat untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.
Tapi Rahmah pun segera bangkit, tidak larut dalam kedukaan. Dia tetap
melanjutkan keberadaan Madrasah Diniyah Li al-Banat bahkan membuat
keputusan untuk memberikan pengajaran klasikal lengkap dengan sarananya seperti
gedung, meja, bangku, papan tulis, kapur dan sebagainya.
Rahmah
berjuang keras untuk mendirikan gedung bagi sekolahnya. Berkat kegigihannya,
gedung sekolah itu pun dapat berdiri diatas tanah wakaf dari ibundanya sendiri,
Ummu Rafiah. Diatas bangunan sederhana dari bambu berukuran 12 X 7 m inilah
kegiatan belajar-mengajar berlangsung setiap hari.
Rahmah
El-Yunusiyah selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi lembaga
pendidikannya. Dia ingin mendirikan gedung yang layak bagi para muridnya, bukan
dari bambu. Akhirnya Rahmah memutuskan untuk mengadakan tour penggalangan dana
.
Berkat
kegigihannya, lembaga pendidikannya mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Di tahun 1926 ia membuka kelas Menjesal School. Kelas ini
ditujukan bagi para wanita yang belum bisa baca tulis. Kemudian tahun 1934
Rahmah berhasil mendirikan sekolah Taman Kanak Kanak (Freubel School)
dan Junior School (setingkat HIS). Ia juga mendirikan Diniyah School Putri
tujuh tahun yang terdiri dari tingkat Ibditaiyah selama empat tahun
dan tingkat Tsanawiyah selama tiga tahun.
Dalam
kenyataannya, Rahmah el Yunusiyyah menghadapi problem tenaga pendidik untuk
lembaga pendidikan yang dibukanya. Guna memenuhi tuntutan tersebut, ia membuka Kulliyat
al Mu’alimat al Islamiyah pada tahun 1937. Kulliyatul Mu’alimat al
Islamiyyah ini bertujuan untuk mencetak tenaga guru muslimah profesional.
Jangka waktu pendidikannya ditempuh selama tiga tahun. Setahun sebelumnya,
yaitu tahun 1936 Rahmah berhasil mendirikan sekolah tenun.
Diniyah
School Putri
Padang Panjang mendapat tempat di hati masyarakat. Lulusannya sangat diminati.
Tidak hanya di Sumatra dan Jawa bahkan hingga masyarakat Malaysia dan
Singapura. Rahmah kemudian membuka cabang Diniyah School di beberapa
tempat. Ketika ia mengikuti Kongres Perempuan Indonesia mewakili Sumatera Barat
di tahun 1935, Rahmah sekaligus membuka cabang di Kwitang dan Tanah Abang.
Kemudian di tahun 1950, ia membuka cabang di Jatinegara dan Rawasari.
Rahmah
juga berusaha menyempurnakan institusinya dengan cara memiliki lembaga
pendidikan setingkat perguruan tinggi. Cita-cita ini terlaksana pada tahun 1967
dengan berdirinya Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah. Pada tahun 1969. Kedua
fakultas ini berubah namanya menjadi Fakultas Dirasah Islamiyyah. Ijazah
Sarjananya diakui setara dengan Ijazah Fakultas Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN).
Dalam
mengelola lembaga pendidikannya, Rahmah memilih sikap independen tidak
berafiliasi kepada pihak manapun, baik pemerintah maupun partai.Sikap ini
terlihat jelas ketika Rahmah menolak subsidi dana pendidikan dari pemerintah
kolonial Belanda. Rahmah juga menolak penggabungan sekolah-sekolah Islam di
Minangkabau. Dia berpendapat, independensi menyebabkan sekolah bebas untuk
berjalan sesuai dengan visi dan misi sendiri, sehingga mampu menghasilkan para
pelajar yang cerdas, shalihah dan militan.
Disamping
berjuang di bidang pendidikan, Rahmah juga turut berperan aktif dalam
organisasi kemasyarakatan. Dia pernah aktif di beberapa organisasi, diantaranya
yaitu Serikat Kaum Ibu Sumatera (SKIS), Taman Bacaan, Anggota Daerah Ibu.
Pada
masa pendudukan Jepang Rahmah aktif di organisasi Gyu Gun Ko En Kai, Haha
no Kai. Sewaktu pecah perang pasifik, Rahmah menjadikan Diniyah School
sebagai Rumah Sakit darurat. Kemudian ketika berita proklamasi
kemerdekaan belum sampai kepada khalayak ramai, Rahmah adalah orang yang
pertama kali mengibarkan bendera merah putih di Sumatera Barat. Sungguh luar
biasa keberaniannya. Di era kemerdekaan, Rahmah mengayomi Laskar Sabilillah dan
Laskar Hizbulwatan. Ia juga turut mempelopori terbentuknya Tentara Keamanan
Rakyat.
Keberhasilannya
dalam mengelola Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang mendapat
apresiasi tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri. Rektor
Universitas Al Azhar Mesir, Dr.Syaikh Abdurrahman Taj mengadakan
kunjungan ke Perguruan pada tahun 1955. Kemudian beliau mengadopsi sistem
pendidikan Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang tersebut ke Universitas Al
Azhar yang pada waktu itu belum memiliki pendidikan khusus bagi perempuan.
Rahmah
El-Yunusiyyah berhasil mewarnai kurikulum Al-Azhar. Atas jasanya tersebut,
Rahmah mendapat gelar Syaikhah dari Universitas Al Azhar pada tahun 1957.
Beliaulah wanita pertama yang mendapat gelar syaikhah. Prestasi yang sangat
membanggakan bagi Rahmah khususnya dan bagi bangsa Indonesia umumnya.
Rahmah El-Yunusiyyah telah berhasil membuktikan kepada dunia
bahwa muslimah Indonesia bukanlah perempuan yang terbelakang. Bahwa
muslimah taat bisa berkontribusi bagi agama dan bangsanya. Beliau berhasil
mewujudkan cita-citanya karena keyakinannya yang teguh kepada Alloh serta
tekadnya yang membaja. Rahmah tutup usia pada tanggal 26 Februari 1969.
Meskipun beliau telah tiada tapi semangatnya tetap mengalir hingga hari ini.
Kisah hidupnya tetap memberi inspirasi bagi seluruh muslimah Indonesia.